Tiada yang tahu akhir kehidupan seorang hamba kecuali Allah Ta’ala. Amat mudah bagi-Nya untuk memberikan hidayah kepada siapa yang Dia Kehendaki, dengan atau tanpa usaha seorang hamba. Akan tetapi, lantaran kepastian sunnatullah-Nya yang pasti, hidayah senantiasa memiliki sebab-sebab yang sejatinya bisa diduplikasi.
Dalam kisah berikut, misalnya, bisa menyimpulkan bahwa usaha seorang hamba untuk mendatangi Allah Ta’ala benar-benar dimudahkan. Laki-laki yang kini berusia 40 tahun ini benar-benar bangga dan damai dalam Islam setelah melakukan pencarian selama tiga tahun.
Nama aslinya Hanny Kristianto. Laki-laki ini merasa kesal dengan firman Allah Ta’ala dalam surat Ali Imran ayat 102, “Jangan mati, kecuali dalam keadaan Muslim.” Baginya kala itu, agama yang paling benar bukanlah Islam, tapi Kristen Kerohanian yang ia ikuti.
Ketertarikannya untuk mencari tahu tentang Islam dimulai ketika ia bekerja di sebuah perusahaan di Kalimantan. Dengan gigih, laki-laki kelahiran Bantul Yogyakarta ini menemukan Islam dengan caranya. Ia mengikuti maunya untuk mengobati keingintahuannya.
Maka laki-laki yang kini berguru ke banyak ustadz ini memulai membaca terjemah al-Qur’an dalam Bahasa Indonesia, dari awal sampai akhir. Dalam proses itu, dia menemukan fakta mencengangkan bahwa tidak ada satu pun kesalahan di dalam al-Qur’an. Lebih menakjubkan lagi, al-Qur’an menjadi satu-satunya kitab yang bisa dihafal keseluruhannya, tanpa adanya kekeliruan pada para penghafal.
Selain itu, dia juga rajin melakukan diskusi dengan teman dan ustadz-ustadz yang dia temui. Dari mereka, ia akhirnya memahami kesalahannya selama ini terkait perspektif buruk terkait Islam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Misalnya, tentang Nabi Muhammad dicitrakan doyan kawin dan suka berperang. “Akhirnya,” tutur keturunan Tionghoa ini, “saya menemukan, bahwa saya yang selama ini salah.”
Proses panjang itulah yang akhirnya mengantarkan Hanny pada cahaya Islam. Dia mengikrarkan dua kalimat syahadat di Mojokerto pada 28 Februari 2013. Setelah itu, dan akhirnya bisa menunaikan ibadah haji di Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah, dia merasakan hidup tanpa beban, penuh ketenangan, kebahagiaan hati, jiwa, dan pikiran.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
Rujukan: Islam Digest Republika 24 Januari 2016