Sungguh nestapa jalan hidup para janda di zaman ini. Menjadi janda bukanlah pilihan. Tapi takdir yang tak bisa dielakkan, meski ada andil salah dari dirinya hingga tak mampu mempertahankan pernikahan, atau meninggalnya sang suami dan tiada lagi yang berkenan menyantuni atau menjadikannya sebagai istri. Beban semakin berat saat para janda itu harus menanggung beban hidup anak-anaknya. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
Ungkapan inilah yang dialami oleh seorang wanita di sebuah daerah bilangan Jakarta baru-baru ini. Menjadi janda. Mengadu nasib menjadi pembantu. Di sebuah yayasan. Di sana, dia menyertakan kelima anaknya. Sebab tak ada lagi rumah untuk berteduh, tak ada lagi lantai untuk meluruskan badan.
Kemalangan hidupnya bertambah-tambah saat dua majikan di yayasan itu tergoda oleh syahwat yang dibisikkan oleh setan. Dua majikan yang merupakan pendeta itu memaksa si janda untuk memenuhi desakan syahwatnya. Menolak, tapi ia tak berdaya ketika dua pendeta ini memberikan ancaman. Jika dia tak mau, dua anak gadisnya yang akan dijadikan pelampiasan nafsu jahatnya.
Betapa hati ibu tak bisa dibohongi. Jangankan soal ‘itu’, nyawa pun akan dikorbankan demi menyelamatkan anak-anaknya. Apalagi dua gadis yang sedang mekar dan memiliki harapan hidup kelak di kemudian hari. Dengan ancaman itu pula, dua pendeta ini berhasil memperdaya dan ‘menikmati’ sang wanita berkali-kali, sesuai maunya. Na’udzubillahi min dzalik.
Lama menanggung beban, wanita ini akhirnya tak kuat. Dia pun melaporkan tindakan asusila itu kepada pengurus yayasan lainnya. Tapi, langkahnya terlambat. Ternyata, dua anak gadisnya sudah menjadi korban nafsu buta dua pendeta itu. Anak gadis yang diharapkan menjadi penerus keluarga dan mendapatkan hidup yang lebih baik itu, rupanya sudah dizinai pula oleh dua oknum tak berperikemanusiaan ini.
Sebelum akhirnya laporan masuk ke pengurus yayasan lain lalu diteruskan ke pihak berwajib, sebenarnya sang janda sudah pernah berniat nekat. Sayangnya, dia ketahuan dan diancam denda puluhan juta jika hal itu sampai bocor keluar.
Sahabat, kisah ini nyata. Berlakulah peduli kepada orang-orang sekitar. Siapa pun pelakunya, jangan pernah menyamaratakan. Mereka hanya oknum, dan bisa berasal dari agama apa pun. Jika tak kuasa membantu, janganlah berlaku cuek. Minimal, panjatkan doa agar kisah-kisah pilu sejenis ini tak terulang kembali.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]