Hebat, Mahasiswi Undip Ini Jadi Tukang Ojek Panggilan Di Sela-sela Kuliah



Butuh keberanian, keterampilan dan mental kuat untuk menjalani profesi sebagai tukang ojek. Apalagi jika tukang ojek itu adalah seorang mahasiswi yang notabene adalah seorang gadis.
Iya itulah yang dijalani Julian Fikri Lestari seorang mahasiswi D3 Hubungan Masyarakat, Universitas Diponegoro (Undip) menjadi tukang ojek panggilan.
Menurut Kiki, demikian ia biasa disapa, mejadi tukang ojek adalah caranya mengisi waktu luang. Namun bukan berarti ia menomorduakan kuliahnya. Buktinya, IPK mahasiswi asal Banjarnegara itu mencapai 3.8.
Kiki bukanlah tukang ojek yang biasa manggal dan dia juga tidak bergaung dengan Gojek. Namun Kiki adalah tukang ojek panggilan. Selama ini, ia hanya menerima pesanan melalui SMS, BBM, line, dan saluran komunikasi pribadi melalui gadget.
Oleh karena itulah, sebagian besar pengguna jasanya adalah teman kuliah, teman kos, atau mereka yang sudah mengenalnya. "Saya menamakan layakan ojek saya Jukri-Jack. Jukri adalah akronim nama saya. Sedangkan yang paling sering menggunakan jasa saya adalah teman kos dan teman kuliah," katanya.
Untuk sekali jalan, Kiki memasang tarif Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu. Besar kecilnya tarif tergantung jarak yang ditempuhnya. Sehari-hari, kiki tinggal di kosnya yang terletak di Jalan Baskoro, Tembalang.Kiki mengaku sama sekali tidak malu menjadi tukang ojek. Ia tidak ingin, sepeda motor pemberian orangtuanya hanya digunakan sebatas untuk kuliah semata.
Dara kelahiran Banjarnegara 18 Juli 1996 menambahkan, penghasilan menjadi tukang ojek part time seperti yang dilakoninya, relatif tidak besar. Berkisar Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu tiap bulannya. "Lumayan untuk menambah uang jajan sekaligus mengurangi beban orangtua," imbuh mahasiswisemester 3 tersebut.
Anak kedua dari tiga bersaudara itu menambahkan, jasanya paling sering dipesan pada akhir pekan. Saat itu, banyak mahasiswa yang akan pulang kampung. Umumnya, mereka yang memintanya untuk diantarkan ke stasiun, terminal, dan tempat pemberhentian bus terdekat.
"Tujuan yang biasa dipesan pengguna jasa saya yaitu terminal, stasiun, dan bandara. Namun bukan berati saya hanya melayani rute itu saja," kata Kiki.
Lantaran hanya menerima pesanan saat ia tidak ada kuliah, biasanya Kiki melayani pemesannya setelah subuh, sore atau malam hari. "Paling malam pemesanan pukul 20.00. Setelah itu, sudah terlalu larut sehingga saya tidak bisa menerima order untuk ngojek," jelas dia.
Hal yang paling menyenangkan menjadi tukang ojek, ucap Kiki, adalah ia bisa menambah teman dan pengalaman. Selain itu, ia juga bisa menjelajah Kota Semarang saat mengantarkan pengguna jasanya. Tulisan ini adalah karya Isma Aulia mahasiswa Undip jurusan Public Relation yang kemudian disusun oleh Galih Pujo Asmoro wartawan Tribun Jateng. (*)