Biasakan 4 Amalan Ini, Surga untuk Anda!




Surga memang misteri. Kita tidak bisa mengklaim apakah seseorang dimasukkan ke dalamnya atau ditolak darinya, kecuali bagi orang-orang yang disebutkan oleh Allah Ta’ala di dalam al-Qur’an al-Karim dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam haditsnya yang agung.
Akan tetapi, dari ayat-ayat al-Qur’an dan sabda Nabi yang mulia, ada amalan-amalan yang secara tekstual disebutkan bisa dijadikan sebagai mahar untuk membeli surga. Meski pada akhirnya rahmat Allah Ta’ala-lah yang menjadi penentu, amalan-amalan ini adalah katarsis agar Dia berkenan mencurahkan rahmat-Nya kepada kita.
Disebutkan dalam al-Qur’an, Allah Ta’ala merekomendasikan 4 amalan ini. Jika dikerjakan dengan istiqamah hingga akhir hayat, insya Allah Anda berhak mendapatkan warisan surga.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Qs. Ali ‘Imran [3]: 133)

Infaq

(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.(Qs. Ali ‘Imran [3]: 134)
Berinfaq di jalan Allah Ta’ala ketika diri dalam keadaan bergelimang harta jauh lebih mudah dikerjakan di banding saat tengah diuji dengan kekurangan materi. Dalam kondisi kaya, ada begitu banyak lokasi pengeluaran yang bisa dilakukan, termasuk infaq.
Akan tetapi, saat pemasukan berkurang dan kebutuhan pokok semakin mendesak-desak, kecenderungan manusia akan mengurangi penggunaan uang untuk infaq di jalan Allah Ta’ala. Di sinilah terletak ujian yang sesungguhnya. Adakah kita masih mendahulukan Allah Ta’ala atas kebutuhan pribadi, atau sebaliknya.
Maka termasuk dalam kiat untuk melakukan amalan ini, senantiasalah mengingat Allah Ta’ala saat dalam kesenangan, maka Dia akan mengingat Anda ketika berada dalam jurang kesukaran.

Menahan Amarah

Dan orang-orang yang menahan amarahnya. (Qs. Ali ‘Imran [3]: 134)
Menahan amarah menjadi satu di antara banyak ciri kekuatan sejati seorang hamba. Jika seseorang menahan amarah karena Allah Ta’ala, padahal dia memiliki kekuatan untuk melampiaskannya, ada janji agung berupa memilih bidadari di surga. Dalam riwayat lain disebutkan, “Jangan marah! Bagimu surga.”
Menahan amarah ini sukar. Ianya hanya bisa dilakukan jika seseorang benar-benar merasa takut kepada Allah Ta’ala. Perasaan takut ini akan mencegah diri seorang hamba dari marah, sebab saat marah, peluang untuk bertindak zalim kepada orang lain semakin besar.

Memaafkan Kesalahan Orang

Dan memaafkan (kesalahan) orang. (Qs. Ali ‘Imran [3]: 134)
Tiada manusia yang bebas dari salah dan dosa. Dalam tiap jenak, peluang salah senantiasa menghampiri. Baik kepada Allah Ta’ala, atau kepada sesama.
Kesalahan kepada sesama tidaklah hilang sebelum pelaku kesalahan meminta maaf. Peliknya, tak mudah untuk mengambil hati seseorang hingga ia mau memaafkan kita. Dari sudut orang yang disalahi, ada godaan sombong yang membesar. Bahkan, tak jarang di antara kita yang berniat untuk membalas dendam.
Karena memberi maaf bukanlah hal yang mudah, maka Allah Ta’ala janjikan surga kepada siapa yang bisa dan biasa melakukannya.
Siapa yang senantiasa menginfaqkan hartanya kala lapang dan sempit, mampu menahan kemarahan, dan memberikan maaf kepada orang lain, Allah Ta’ala menyebutnya sebagai pelaku kebajikan. Tiga orang ini, dijamin akan mendapatkan cinta-Nya,
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Qs. Ali ‘Imran [3]: 134)

Sesali Salah, Gegas Minta Ampun

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Qs. Ali ‘Imran [3]: 135)
Jika calon penghuni neraka cenderung berbangga diri dengan kekeliruan dan kesalahan yang dia kerjakan, calon penghuni surga berlaku sebaliknya. Mereka tidak bebas dari salah, sebab salah merupakan karakter bawaan manusia.
Namun, mereka segera menyesali kekeliruan, maksiat, dan dosa yang dikerjakan, lalu meminta ampun kepada Allah Ta’ala. Tak berhenti sampai di langkah ini, mereka pun bersungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan-perbuatan keji yang pernah mereka lakukan lantaran kekhilafan diri.
Kini, tak perlu melihat ke sekeliling. Cukuplah melihat ke dalam diri masing-masing. Adakah empat hal ini biasa kita lakukan? Sudahkah empat amalan ini menjadi kebiasaan dalam keseharian kita? Sanggupkah kita mendawamkannya hingga akhir kehidupan ini?
Semoga Allah Ta’ala menolong dan memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Aamiin.